Friday, 24 October 2014

Tashihun Niat

Oleh : Sugeng Widodo, S.HI

Firman Allah SWT dalam Al Qur’an :
“Katakanlah ! Jika kamu sembunyikan atau kamu terangkan apa yang ada dalam dadamu itu, tetap diketahui oleh Allah SWT.”(Q.S. Al Imran : 29)

Tashihun Niyat adalah meluruskan, memperbaiki, dan membersihkan niat pada awal beramal, ditengah beramal dan sesudah beramal. Beramal itu mudah tapi diterimanya amal amat sulit. Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya sah atau tidaknya suatu amal  akan dinilai dari niatnya, dan yang dinilai bagi amal tiap orang adalah apa yang ia niatkan.” (H.R. Bukhari dan Muslim) 

Hadits ini disampaikan oleh Rasulullah SAW untuk menjawab pertanyaan sahabat berkenaan dengan peristiwa hijrahnya Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah yang diikuti oleh sebagian besar sahabat. Dalam hijrah itu ada salah seorang laki-laki yang turut juga hijrah, akan tetapi niatnya bukan untuk kepentingan perjuangan Islam. Ketika peristiwa itu ditanyakan kepada Rasulullah SAW apakah hijrah dengan motif itu diterima (maqbul) atau tidak, Rasulullah SAW menjawab secara umum seperti disebutkan pada hadis tersebut.

Beramal tanpa keikhlasan bukan hanya tidak mendapatkan pahala, tetapi akan mendorong kita masuk kedalam neraka. Ada tiga orang yang pertama kali diadili , yaitu seorang syuhada’, seorang alim ulama’, dan seorang dermawan. Setelah Allah SWT memperlihatkan kenikmatan syurga kepadanya, dan Allah SWT bertanya kepada mereka bertiga :”Untuk apa kamu berbuat demikian ?” lalu mereka menjawab ”Untuk mencari keridhaan Allah SWT !” Allah SWT menjawab :”Kamu dusta ! kamu berperang karena ingin disebut pahlawan, kamu belajar dan mengajarkan ilmu karena ingin disebut ulama’, dan kamu membaca Al Qur’an karena ingin disebut Qari’, kamu bersedekah karena ingin disebut dermawan !” maka ketiga orang tersebut dicampakkan dalam api neraka.

Ikhlas adalah suatu rahasia antara hamba dan Rabnya (Allah SWT) yang malaikat pun tidak tahu. Ikhlas adalah ruh atau jiwa dari seluruh amal ibadah. Ibadah yang tidak disertai dengan ikhlas  dalam mengerjakannya, ibarat bangkai yang diserahkan kepada Allah SWT. Iman adalah ikhlas dan ikhlas adalah iman. Barangsiapa yang melakukan perbuatan bukan karena Allah, berarti dia telah berbuat musyrik dan Allah akan menyerahkan kepada yang mereka sekutukan itu, sebagaimana firman Allah SWT : “Dan hadapkanlah wajahmu kepada agama dengan tulus ikhlas dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik (Q.S. Yunus : 105) 

Maksud dan tujuan beramal adalah semata-mata karena Allah, mengerjakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-laranganNya hanya mengharap ridha Allah. Beramal beribadah dengan mengorbankan harta dan diri sendiri, serta tidak mengambil manfaat lain inilah Ikhlas. Barang siapa yang bersedekah walau sebesar biji kurma dengan ikhlas, niscaya Allah akan memberikan pahala sebesar gunung uhud. Tetapi sebaliknya walaupun seseorang bersedekah dengan emas sebesar gunung uhud tanpa ikhlas, maka Allah tidak akan menerimanya, bahkan menjadi azab baginya pada hari kiamat.

Allah SWT berfirman :
Padahal mereka tidak disuruh kecuali hanya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus. (Q.S. Al Bayyinah:5)

Sifat ikhlas sangat sulit terwujud dalam diri kita, ia tidak akan datang dengan sendirinya tetapi harus didatangkan, apabila ia datang yang terakhir dan sendiri, serta paling cepat hilang. Seperti orang yang membangun rumah, pertama kali mendirikan tiang dan terakhir memasang atapnya. Tetapi bila bangunan dibongkar, maka yang lebih dahulu dibongkar adalah atapnya. Ciri-ciri orang yang ikhlas adalah dihina tidak merasa dihina, dipuji tidak merasa dipuji, siap menarima menjadi apasaja dan ditempatkan dimana saja, tapi dia tetap istiqamah dalam setiap amalannya.

Oleh karena itu, marilah kita senantiasa memeriksa dan meluruskan niat kita dalam setiap amalan, baik pada awal hingga akhir beramal, karena syetan akan menghancurkan amal-amal kita dengan berbagai tipu daya sampai detik-detik terakhir kematian. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kepada kita karunia sifat ikhlas. Amin.

Semoga Bermanfaat. Wallahu A’lam.

No comments:

Post a Comment