Oleh : SUGENG WIDODO, S.HI
Rasulullah SAW
telah bersabda :
“ Bukannya kekayaan itu karena banyaknya harta benda, tetapi kekayaan
yang sebenarnya ialah kaya jiwa.” (HR.
Bukhari Muslim)
Rasa iri atau
dengki kepada orang lain adalah salah satu penyakit rohani yang sering menimpa
manusia dalam kehidupannya. Rasa iri atau dengki ini timbul karena seseorang
merasa tidak puas terhadap dirinya sendiri, setelah dilihatnya orang lain
mempunyai kelebihan dibanding dirinya sendiri, baik dalam harta, kedudukan,
pangkat, ilmu atau lain-lainnya. Dari sini timbul keinginan dalam hatinya agar
kenikmatan yang dimiliki orang lain tadi lenyap dari pemiliknya atau
mengharapkan berpindah ke tangannya.
Rasa dengki
adalah suatu penyakit rohani yang sangat berbahaya, baik terhadap diri sendiri,
maupun orang lain, oleh sebab itu rasa dengki merupakan perbuatan yang sangat
tercela dalam ajaran Islam. Bila rasa kedengkian telah memuncak dalam hati
seseorang, ia tidak segan-segan melakukan perbuatan yang dapat merusak serta
merugikan orang lain yang didengkinya demi terwujudnya apa yang diharapkan. Misalnya
membuat fitnah, mengadu domba bahkan juga membunuh sesamanya.
Kecuali itu,
orang yang terkena penyakit iri atau dengki atau dengki hatinya selalu tidak
tentram. Rasa benci dan permusuhan kepada orang lain senantiasa tertanam dalam
kalbunya, meskipun pada hakekatnya tidak ada orang yang memusuhinya. Iri atau
dengki dapat pula menghapuskan pahala kebaikan seseorang, sebagaimana
diperingatkan Rasulullah SAW dalam sabdanya :
Hindarilah kamu dari hasud (dengki), karena hasud itu memakan segala
amal kebajikan, bagaikan api memakan kayu.” (HR. Abu Daud).
Dalam pada
itu, rasa iri juga dapat menyebabkan terjadinya serangan jantung pada diri
seseorang, karena kemarahan, jengkel, dendam, iri hati, ketakutan, cemas /
khawatir atau yang sedang dalam ketegangan batin dan pikiran, di dalam darahnya
beredar hormon adrenalin (menurut Dokter). Hormon tersebut dibangkitkan oleh
kelenjar buntu, yang juga dinamakan kelenjar anak ginjal (karena menempel di
ginjal). Hormon ini langsung dilepas di dalam peredaran darah yang menyebabkan
bertambah cepatnya denyut jantung dan menaikan tekanan darah. Keadaan demikian
jika sering-sering terjadi, hipertensi atau serangan jantung akan semakin cepat
timbul.
Oleh karena
itu, Islam mengajarkan kepada kita untuk senantiasa memiliki sifat rela apa
adanya (qana’ah), yaitu bersikap realistis (sesuai dengan kenyataan) menjauhkan
diri dari sikap tidak puas. Qona’ah bukan berarti bermalas-malasan, tidak mau
berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan hidup, namun sekiranya sudah berusaha
dengan sebaik-baiknya, ternyata hasilnya belum sesuai dengan apa yang
dicita-citakan, maka hasil tersebut dengan rela hati dan rasa syukur diterima.
Hakekat Qanaah
adalah mencukupkan dengan apa yang telah menjadi bagiannya setelah berikhtiar. Qanaah
merupakan salah satu akhlak yang terpuji sekaligus merupakan modal dasar dalam
menghadapi hidup, karena dengan qanaah kita dapat menerbitkan kesungguhan hidup
dan menimbulkan energi untuk mencari rezeki dan berikhtiar, dan menghilangkan
rasa putus asa dalam hidup ini. Dengan sifat qanaah seseorang akan mampu
mengendalikan diri agar tidak surut kebelakang dalam keputusasaan dan tidak
terlalu maju dalam keserakahan, menahan diri dari sifat serakah dan sifat
agresif yang negativ.
Rasulullah SAW
telah bersabda :
“Sungguh beruntunglah orang yang masuk Islam dan rezekinya cukup
dengan apa yang diberikan Allah SWT kepadanya”.
Dalam hadits
yang lain Rasulullah SAW juga bersabda :
“ Lihatlah orang dibawahmu, dan janganlah melihat orang yang diatasmu,
karena demikian itu lebih tepat supaya kamu tidak meremehkan
nikmat Allah kepada kamu”. (HR.
Muslim)
Semoga
Bermanfaat. Wallahu A’lam.