Friday 24 February 2017

Rela Menerima Apa Adanya

Oleh : SUGENG WIDODO, S.HI


Rasulullah SAW telah bersabda :
“ Bukannya kekayaan itu karena banyaknya harta benda, tetapi kekayaan yang sebenarnya ialah kaya jiwa.” (HR. Bukhari Muslim)

Rasa iri atau dengki kepada orang lain adalah salah satu penyakit rohani yang sering menimpa manusia dalam kehidupannya. Rasa iri atau dengki ini timbul karena seseorang merasa tidak puas terhadap dirinya sendiri, setelah dilihatnya orang lain mempunyai kelebihan dibanding dirinya sendiri, baik dalam harta, kedudukan, pangkat, ilmu atau lain-lainnya. Dari sini timbul keinginan dalam hatinya agar kenikmatan yang dimiliki orang lain tadi lenyap dari pemiliknya atau mengharapkan berpindah ke tangannya.

Rasa dengki adalah suatu penyakit rohani yang sangat berbahaya, baik terhadap diri sendiri, maupun orang lain, oleh sebab itu rasa dengki merupakan perbuatan yang sangat tercela dalam ajaran Islam. Bila rasa kedengkian telah memuncak dalam hati seseorang, ia tidak segan-segan melakukan perbuatan yang dapat merusak serta merugikan orang lain yang didengkinya demi terwujudnya apa yang diharapkan. Misalnya membuat fitnah, mengadu domba bahkan juga membunuh sesamanya.

Kecuali itu, orang yang terkena penyakit iri atau dengki atau dengki hatinya selalu tidak tentram. Rasa benci dan permusuhan kepada orang lain senantiasa tertanam dalam kalbunya, meskipun pada hakekatnya tidak ada orang yang memusuhinya. Iri atau dengki dapat pula menghapuskan pahala kebaikan seseorang, sebagaimana diperingatkan Rasulullah SAW dalam sabdanya :
Hindarilah kamu dari hasud (dengki), karena hasud itu memakan segala
amal kebajikan, bagaikan api memakan kayu.” (HR. Abu Daud).

Dalam pada itu, rasa iri juga dapat menyebabkan terjadinya serangan jantung pada diri seseorang, karena kemarahan, jengkel, dendam, iri hati, ketakutan, cemas / khawatir atau yang sedang dalam ketegangan batin dan pikiran, di dalam darahnya beredar hormon adrenalin (menurut Dokter). Hormon tersebut dibangkitkan oleh kelenjar buntu, yang juga dinamakan kelenjar anak ginjal (karena menempel di ginjal). Hormon ini langsung dilepas di dalam peredaran darah yang menyebabkan bertambah cepatnya denyut jantung dan menaikan tekanan darah. Keadaan demikian jika sering-sering terjadi, hipertensi atau serangan jantung akan semakin cepat timbul.

Oleh karena itu, Islam mengajarkan kepada kita untuk senantiasa memiliki sifat rela apa adanya (qana’ah), yaitu bersikap realistis (sesuai dengan kenyataan) menjauhkan diri dari sikap tidak puas. Qona’ah bukan berarti bermalas-malasan, tidak mau berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan hidup, namun sekiranya sudah berusaha dengan sebaik-baiknya, ternyata hasilnya belum sesuai dengan apa yang dicita-citakan, maka hasil tersebut dengan rela hati dan rasa syukur diterima.

Hakekat Qanaah adalah mencukupkan dengan apa yang telah menjadi bagiannya setelah berikhtiar. Qanaah merupakan salah satu akhlak yang terpuji sekaligus merupakan modal dasar dalam menghadapi hidup, karena dengan qanaah kita dapat menerbitkan kesungguhan hidup dan menimbulkan energi untuk mencari rezeki dan berikhtiar, dan menghilangkan rasa putus asa dalam hidup ini. Dengan sifat qanaah seseorang akan mampu mengendalikan diri agar tidak surut kebelakang dalam keputusasaan dan tidak terlalu maju dalam keserakahan, menahan diri dari sifat serakah dan sifat agresif yang negativ.

Rasulullah SAW telah bersabda :
“Sungguh beruntunglah orang yang masuk Islam dan rezekinya cukup
dengan apa yang diberikan Allah SWT kepadanya”.

Dalam hadits yang lain Rasulullah SAW juga bersabda :
“ Lihatlah orang dibawahmu, dan janganlah melihat orang yang diatasmu,
karena demikian itu lebih tepat supaya kamu tidak meremehkan
nikmat Allah kepada kamu”. (HR. Muslim)

Semoga Bermanfaat. Wallahu A’lam.

No comments:

Post a Comment