Friday, 24 October 2014

Semangat Berqurban Menuju Persatuan Umat

Oleh : Sugeng Widodo, S.HI

Firman Allah SWT dalam Al Qur’an :
“Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina”.( Q.S. Lukman : 60)

Sabda Rasulullah SAW :
”Ketahuilah bahwa qurban-qurban itu termasuk amal-amal penyelamat, yang menyelamatkan pelakunya dari keburukan akhirat.”

Pada setiap tanggal 10 Dzulhijah, sebagaimana pada hari ini, umat Islam di seluruh penjuru dunia merayakan Hari Raya Idul Qurban dengan penuh khidmat, sebagai salah satu hari raya dari tiga hari raya resmi dalam Islam. Dua hari raya yang lain adalah Idul Fitri dan Hari Jum’ah. Bagi kaum muslimin sedunia yang mampu secara ekonomi sudah bersiap-siap untuk berkurban berupa hewan ternak, seperti kambing, sapi atau kerbau, baik secara perorangan maupun kolektif. Semua itu dalam rangka merayakan satu diantara hari raya umat Islam tersebut, yakni Hari Raya Qurban atau sering disebut Idul Adh-ha. Gemuruh takbir, tahmid, dan tahlil berkumandang dan bergema diseluruh penjuru dunia. Bagi seorang muslim alunan takbir tahmid yang penuh dengan pesan iman, dzikir dan pujian atas kebesaran Allah SWT, tidak hanya alunan suara pujian belaka yang menggema ke angkasa, melainkan ia singgah menggetarkan hatinya, menggerakkan pembuluh darahnya sampai ke bulu roma, sehingga semangat hidupnya bergelora kembali dan timbul semangat kembali untuk memahami Islam. Sudah seyogyannya kita bersyukur atas nikmat Allah yang telah dikaruniakan kepada kita semua. Betapa banyak nikmat Allah yang telah diberikan kepada kita hingga lupa untuk menyempurnakan rasa syukur itu, bahkan nikmat-nikmat itu dipakai untuk bermaksiat kepada Allah SWT, mata, telinga, mulut, tangan, kaki digunakan untuk melanggar perintah-perintah Allah SWT.

Ketika kita melangkahkan kaki kita keluar rumah, mengayunkan kedua tangan kita, mengirup nafas dalam-dalam dan melayangkan pandangan pada sinar yang terang, dari manakah semua ini ? Seandainya Allah SWT meminta untuk membayar fasilitasNya ini, misalnya setetes air atau setitik udara yang kita hirup dengan uang, berapa trilyun uang yang harus kita siapkan? Matahari saja yang tiap hari menyinari bumi ini tak pernah minta bayaran, bagaimana dengan lampu listrik, Allah SWT tidak membutuhkan Makhluk tapi Makhluk membutuhkan penciptannya.

Dengan takbir “Allahu Akbar” Allah Maha Besar, kita tanamkan keyakinan tentang kebesaran Allah SWT. Sesungguhnya hanyalah Allah Yang Maha Besar, sedang selain Allah adalah kecil. Adapun yang telah kita bangga-banggakan dari kekayaan harta, kebesaran pangkat dan segala kemewahan dunia, semuanya adalah kecil dan tidak ada artinya sama sekali bila dibandingkan dengan kebesaran Allah. Dengan demikian tidak ada perlunya kita membanggakan kekayaan, karena kekayaan adalah kecil, tidak ada perlunya kita menyombongkan pangkat karena pangkat adalah kecil, tidak ada perlunnya memamerkan keahlian karena prestasi atau keahlian adalah kecil, semuanya adalah kecil yang Maha Besar adalah Allah, pencipta alam semesta, La Ilaha Illallah Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah. Allah yang memberi kekayaan, menentukan pangkat, memberi kekuatan, memberi kemuliaan dan lain sebagainya, maka Dialah yang berhak dipuji.

Sudah seyogyanya orang yang telah diberi kekayaan harta harus tahu siapakan sebenarnya yang memberi kekayaan lalu ia memuji-Nya dan bersyukur kepada-Nya. Begitupula orang-orang yang diberi pangkat, kedudukan, kekuatan haruslah memuji dan bersyukur kepada Dzat yang memberi pangkat kedudukan, kekuatan dan lain sebagainya. Jangan sampai pemberian-pemberian yang diperoleh itu digunakan untuk menyombongkan diri. Ketahuilah, bahwa tanpa limpahan pemberian-Nya kita ini tidak apa-apa dan tidak berdaya apa-apa, maka janganlah berlaku sombong. Allah SWT menegaskan di dalam Al Qur’an Al Karim : “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan jangan kamu berjalan dimuka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Q.S. Lukman :18 ).

Sesungguhnya sifat sombong yang dimiliki oleh seseorang disebabkan dari perasaan yang keliru, yakni mengganggap dirinya lebih kaya, lebih mulia, lebih tinggi derajatnya, lebih pandai dan lain sebagainya. Seakan-akan kelebihan itu hanya dia yang memiliki, padahal hanya Allah lah yang mempunyai segala kelebihan sehingga hanya Allah pulalah yang berhak memiliki sifat sombong. Oleh karena itu, mari kita singkirkan jauh-jauh sifat sombong , dengan jalan berlaku sopan dalam pergaulan, sering menengok para tetangga terutama yang sedang tertimpa kesusahan, suka bertegur sapa dengan sesama umat Islam, ringan kaki mendatangi undangan dan lain sebagainya. Kecuali itu semuannya marilah kita bersyukur kepada Allah atas anugerah yang telah diberikan kepada kita. Kita tasyarufkan belanjakan anugerah atau pemberian Allah itu menuju jalan yang diridhoinya, terutama di hari raya Idul Adh-ha ini, dimana bagi orang-orang yang berkecukupan diperintahkan untuk melaksanakan udhiah / menyembelih binatang ternak, hendaklah menunaikan perintah Allah tersebut, yakni berqurban. Rasulullah SAW menegaskan dalam sabdanya : ”Barangsiapa mempunyai kelapangan rizki tapi tidak mau berqurban, maka jangan sekali-kali ia mendekati tempat shalat kita. Dalam sabda beliau SAW yang lain ditegaskan : ”Barangsiapa yang mempunyai kelapangan rizki tapi tidakmau berqurban, maka mati sajalah ia, kalau mau sebagai orang Yahudi, dan kalau mau sebagai orang Nasroni”.

Sehubungan ibadah qurban ini, marilah kita kembali melihat sejarah atau pengorbanan Nabi Ibrahim as. terhadap putranya yang tercinta, yaitu Nabi Ismail as. betapa besar pengorbanan beliau demi pengabdiannya kepada Allah SWT, tidak hanya qurban memotong ternak, tetapi beliau rela menyembelih putranya Ismail as. demi memenuhi perintah Allah SWT. Allah SWT berfirman : ”Ibrahim berdoa : “ Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang Termasuk orang-orang yang saleh. Maka Kami beri Dia khabar gembira dengan seorang anak yang Amat sabar. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar". tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang Kemudian, (yaitu)"Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim". Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia Termasuk hamba-hamba Kami yang beriman”.
 (Q.S. As Shoffat : 100-111)

Demikianlah Allah berkenan membalas pengorbanan Ibrahim yang telah berserah diri memenuhi perintah Allah SWT. semoga peristiwa yang sangat bersejarah ini dapat kita jadikan sebagai pelajaran untuk berserah diri kepada Allah dan berkorban menuju kejalan yang diridhoi-Nya.

Mari kita syukuri hari yang mulia ini sebagai hari persatuan umat. Persatuan umat merupakan ajaran Islam yang harus dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh yang terdekat dan kita saksikan setiap hari ialah pelaksanaan shalat berjamaah. Sebagai puncak pertemuan besar umat Islam dari segenap penjuru dunia ialah pada bulan haji seperti sekarang ini. Berkumpulnya umat Islam dari seluruh penjuru dunia di tanah haram merupakan suatu bukti ajaran persatuan dalam Islam dan adat istiadat mereka berkumpul, serentak memenuhi panggilan Allah, bersimpuh dan bersujud dihadapan-Nya.

Hari ini adalah hari perpisahan mereka di tanah suci. Berpisah untuk kembali ke negeri masing-masing setelah membersihkan jiwa dan fikiran, dengan membawa oleh-oleh persatuan yang kokoh.  Ibadah haji merupakan kewajiban dan panggilan Allah bagi umat Islam yang telah mampu melaksanakannya, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Qur’an : ”Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup Mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.". (Q.S. Al Imran : 97 ) 

Sungguh berbahagia umat Islam yang mampu memenuhi panggilan Allah ini dengan niat menyempurnakan rukun islam yang ke lima, mereka datang mengharap ridho Allah, mereka sambut dengan seruan Allah dengan gema talbiyah, takbir dan tahmid."Aku sambut panggilanMu wahai Tuhan,  Aku sambut panggilanMu, tidak ada sekutu bagiMu.”

Kini hari raya kurban telah tiba. Kita kaum muslimin yang sedang tidak melaksanakan ibadah haji, oleh Allah SWT disyariatkan shalat Idul Adh-ha seperti sekarang ini, dimana kita bershaf-shaf lurus rapat, dipenuhi oleh semangat rasa persatuan dan kesatuan serta persamaan, ruku’ sama ruku’, sujud sama sujud dan duduk sama duduk dibawah satu komando imam. Itupun mengajak supaya kita dalam usaha dan perjuangan menegakkan agama Islam, menyiarkan agama Islam, membina negara umat dan bangsa, teguh bersatu, hati bulat bersatu padu, dibawah satu komando pula, tidak bercerai berai pantang berpecah belah. Menegaskan kepada kita bahwa rahasia kesengsaraan kita adalah perpecahan dan permusuhan sesama kita. Penegasan ini perlu menjadi perhatian kita untuk masa-masa yang akan datang. Untuk itu kita harus bersatu padu dengan menjalankan dan memahamkan Islam sebagai ajaran yang lengkap. Pengalaman kekalahan perang uhud, harus menjadi pelajaran buat kita. Prajurit-prajurit yang ditugaskan menjaga pos yang ditinggalkan diisi oleh musuh seluruhnya.

Oleh karena itu, tetaplah kita pada tempatnya sesuai dengan fungsinya : kaum pelajar / mahasiswa, buruh, tani, nelayan, pedagang, karyawan swasta, pegawai negeri, politisi, dakwah, para pendidik dan lain-lain, kami anjurkan tekun menghadapi tugasnya. Mental perjuangan harus dipertinggi, semangat berkorban karena Allah harus ditingkatkan. Pengalaman nabi Ibrahim as. yang merelakan putranya terbunuh demi perintah Allah harus menjadi cermin buat kita bersama. Sifat tamak dan serakah serta mementingkan diri dan golongan harus dilenyapkan dari kehidupan perjuangan umat Islam. 

Semoga Bermanfaat. Wallahu A’lam

No comments:

Post a Comment