Friday, 24 October 2014

Kelahiran bayi adalah amanat Allah SWT kepada orang tua.

Oleh : Sugeng Widodo, S.HI

Allah SWT berfirman :
Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan, dan di sisi Allah-lah pahala yang besar." 
(Q.S. Ath Taghabun :15)

Kelahiran anak di dalam sebuah keluarga memang menceriakan dan mengembirakan. Sejajar dengan fitrah manusia yang memiliki kasih sayang dan ingin disayangi, anak-anak adalah pembawa kegembiraan. Selain itu anak adalah anugerah dari Allah SWT yang diamanahkan kepada para orang tua yang harus dijaga dan dipelihara dengan sebaik-baiknya agar mereka bisa mendapatkan keselamatan di dunia dan di akhirat. Dengan amanah itu, para orangtua memiliki kewajiban untuk mendidik anak-anaknya agar tumbuh dan berkembang menjadi anak yang shaleh atau shalehah. Bila sukses menjadikan semua anaknya menjadi manusia yang taat kepada Allah, maka orangtua akan memperoleh kemuliaan di dunia. Bahkan, kelak di alam kubur ia akan mendapatkan ganjaran. Karena pahala yang terus mengalir dari amal shaleh dan do'a yang dipanjatkan anak-anaknya. Dalam keadaan seperti ini, anak-anak adalah investasi menggiurkan dan menjanjikan keuntungan yang berlipat ganda di kemudian hari. Rasulullah SAW bersabda :“Apabila anak Adam (manusia) meninggal dunia maka putuslah amalnya kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak sholeh yang mendoakan untuknya.” (HR. Muslim) 

Sebaliknya, kesalahan dalam mendidik anak, akan menghantarkan orangtua kepada kehidupan yang hina. Anak durhaka, tidak taat kepada Allah dan rasulnya, akan menjadi penyebab hancurnya nama baik keluarga, masyarakat, bahkan sebuah negara. Dan di pengadilan akhirat, Allah SWT akan menuntutnya karena menyebabkan keturunannya menjadi manusia yang durhaka kepada-Nya. Imam Al Ghazali mengatakan, “Anak merupakan amanah bagi kedua orang tuanya. Hatinya yang masih suci merupakan mutiara yang masih polos tanpa ukiran dan gambar. Ia siap diukir dan cenderung kepada apa saja yang mempengaruhinya. Jika ia dibiasakan dan diajarkan untuk berbuat kebaikan, ia kan tumbuh menjadi anak yang baik. Dengan begitu, kedua orang tuanya akan berbahagia di dunia dan akhirat. Demikian juga guru dan pendidiknya. Sedangkan apabila ia dibiasakan berbuat jahat dan dibiarkan begitu saja seperti membiarkan binatang ternak, maka ia akan sengsara dan binasa. Dosanya pun akan dipikul oleh orang yang bertanggung jawab untuk mengurus dan walinya.  

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. : Nabi Muhammad Saw pernah bersabda, “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (tidak mempersekutukan Allah) tetapi orang tuanya lah yang menjadikan dia seorang yahudi atau nasrani atau majusi sebagaimana seekor hewan melahirkan seekor hewan yang sempurna. Apakah kau melihatnya buntung?” kemudian Abu Hurairah membacakan ayat-ayat suci ini: (tetaplah atas) fitrah Allah yang menciptakan manusia menurut fitrah itu. (Hukum-hukum) ciptaan Allah tidak dapat diubah. Itulah agama yang benar. Tapi sebagian besar manusia tidak mengetahui (Q.S.Ar Rum:30)  

Berdasarkan ini, Abul ‘Ala mengatakan melalui syairnya: Anak-anak kita akan tumbuh menurut apa yang dibiasakan oleh orang tuanya. Anak tidaklah menjadi tercela oleh akalnya namun orang-orang dekatnya yang membuatnya hina. Jika rumah mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan anak, maka untuk mewujudkan tujuan diatas rumah harus diliputi oleh segala hal yang bisa menanamkan ruh keagamaan dan keutamaan terhadap jiwa anak. Ini artinya, orangtua memiliki peran utama dalam menentukan masa depan anak-anaknya. Termasuk keyakinan yang akan dipegangnya. Tidak jarang seseorang menjadi murtad (keluar dari agama Islam), akibat kedua orangtuanya tidak memberikan pendidikan agama yang benar kepadanya. Oleh karena itu, pendidikan terhadap anak (tarbiyatul aulad) dalam ajaran Islam adalah sebuah keniscayaan. Sesibuk apapun orangtua, pendidikan terhadap anak tidak boleh diabaikan. Setinggi apapun jabatan orangtua, tanggung jawab tetap ada pada dirinya, bukan pada pendidik yang dibayarnya. Rasulullah SAW. bersabda: "Hendaklah kamu pastikan anak-anakmu belajar agama dan hendaklah kamu baguskan akhlaknya."  

Mendidik anak yang sesuai ajaran Islam memang tidak mudah. Namun, menjadikan anak agar sesuai dengan harapan orangtua, juga tidak sulit. Bila kita mengembalikan teknik mendidik anak kepada konsep mendidik yang telah diajarkan Rasulullah, maka akan lebih mudah lagi. Yang dibutuhkan adalah kesungguhan, kesabaran, dan keistiqmahan dalam mencari ilmu pendidikan anak dan mengamalkannya. Semoga Allah SWT memudahkan dan meringankan tanggung jawab kita dalam mengemban amanah pendidikan anak menuju terwujudnya anak yang sholeh dan sholehah. 

Semoga Bermanfaat. Wallahu A’lam 

No comments:

Post a Comment