Oleh : Sugeng Widodo, S.HI
Ucapan syukur patut kita ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kepada kita taufiq, hidayah dan inayahNya berupa nikmat Iman dan Islam, kesehatan jasmani dan rohani dan panjang umur sehingga kita masih dipertemukan dengan Bulan Suci Ramadhan yang agung penuh barokah semoga Allah SWT senantiasa meridhoi kita dalam beramal shaleh dimuka bumi ini.
Disebutkan dalam sebuah hadis pernah dilukiskan oleh Rasulullah SAW bahwa iman seseorang masih barada dalam kondisi telanjang jika belum diberi pakaian. Sedangkan pakaian iman tersebut adalah ketaqwaan. Dengan demikian pencapaian taqwa bukanlah sekedar penyempurna keimanan, melainkan sebagai bagian yang integral dari keimanan itu sendiri. Kalau jalan pikiran ini diikuti, maka tugas kita dalam menjalankan ibadah puasa adalah menciptakan pakaian taqwa itu. Ibarat orang yang sedang menenun pakaian, maka ibadah-ibadah yang kita lakukan pada Bulan Suci Ramadhan adalah bagaikan kumpulan benang-benang yang akan digunakan dalam menenun pakaian taqwa tersebut. Selesai melaksanakan ibadah puasa Bulan Suci Ramadhan boleh jadi hasil tenunan seseorang, akan lebih baik dan indah dari tenunan orang lain, begitu juga dengan yang lainnya boleh jadi karena sesuatu dan lain hal tenunan seseorang tidak dapat diselesaikannya sampai akhir Ramadhan.
Rasulullah SAW pernah bersabda : “Berapa banyak manusia yang tidak memperoleh apapun dari puasanya kecuali sekedar lapar dan haus”. Dalam hadits yang lain Rasulullah SAW juga pernah bersabda : “Berapa banyak manusia yang tidak memperoleh apapun dari qiyamul lail /shalat malamnya kecuali sekedar lelah”. Kenapa ini bisa terjadi ? jawabnya adalah karena orang tersebut tidak dapat menjaga dan mempergunakan benang-benang ketaqwaan yang ada dalam ibadah puasa dan Qiyamul Lail tersebut dengan baik dan benar. Kalau melaksanakan ibadah puasa dan Qiyamul Lail Ramadhan diibaratkan bagai menenun pakaian taqwa, maka dapat dilihat benang-benang apa saja yang kita gunakan dan bagaimana kita menggunakannya.
Benang-benang tersebut antara lain :
1. Menahan diri (shiyam) dari segala tindakan-tindakan yang bertentangan dengan ketentuan agama akan
memunculkan pengendalian diri, melahirkan kejujuran dan anti konsumerisme (tidak membeli diluar
kemampuan) sehingga membuat seseorang hidup sederhana.
2. Kondisi lapar dan haus dengan segala konsekuensinya akan melahirkan rasa kepedulian sosial pasca
Ramadhan.
3. Ibadah taraweh dan ibadah-ibadah lainnya akan meningkatkan keimanan dan ketauhidan seseorang.
4. Sahur dan buka puasa merupakan simbol dari kasih sayang.
Kasih sayang sesama karena sama-sama dalam kondisi lapar dan sama-sama makan dengan tujuan yang sama. Juga merupakan simbol kasih sayang Tuhan. Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW : “Di dalam sahur itu ada barkah dan Allah akan menyayangi mereka yang melakukan sahur”.
Demikian juga dalam Sabda Rasulullah SAW yang lain : “Barang siapa memberi bukaan kepada orang lain, ia akan mendapat pahala seperti orang yang berpuasa tanpa mengurangi sedikitpun pahalanya”.
Dengan kondisi lapar dan haus, seorang muslim tetap memiliki semangat untuk melakukan aktifitas sehari-hari. Ini merupakan simbol daya tahan kaum beriman dari segala goncangan kehidupan dan juga merupakan Simbol etos kerja dan kreatifitas seorang Muslim yang berkualitas. Dengan demikian ibadah puasa bukanlah merupakan ancaman bagi dunia kerja, melainkan merupakan upaya untuk peningkatan kreatifitas produktifitas umat Islam.
Semoga Bermanfaat. Wallahu A’lam.
No comments:
Post a Comment