Saturday, 18 October 2014

Istiqomah Adalah Kunci Untu Mendapat Lailatul Qadar

Oleh : Sugeng Widodo, S.HI

Bulan Ramadhan adalah bulan yang agung dan penuh berkah dimana didalamnya banyak sekali terdapat kebaikan sebagaimana sabda Rasulullah SAW : “Seandainya manusia tahu kebaikan kebaikan di bulan Ramadhan pasti mereka akan meminta bulan Ramadhan selama satu tahun penuh.” Namun sangat disayangkan apa yang terjadi di lapangan dimana dari malam berganti malam di bulan Ramadhan keadaan masjid bukan semakin ramai tapi justru sebaliknya, hal ini disebabkan kurangnya pemahaman umat Islam itu sendiri dalam menyikapi keberadaan bulan Ramadhan. Rasululah SAW pernah bersabda : Bulan Ramadhan adalah bulan yang agung yang penuh berkah dimana didalanya terdapat satu malam yang lebih baik daripada 1.000 bulan (lailatul Qadar), Allah SWT jadikan ibadah bulan puasa di siang hari sebagai ibadah wajib/fardhu dan ibadah di malam harinya sebagai ibadah sunah/Tathawwu’.” Dari hadits Rasulullah SAW tersebut dijelaskan bahwa salah satu malam istimewa di bulan ramadhan adalah Malam Lailatul Qadar. Suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan lebih baik daripada 83 tahun plus 4 bulan. 

Yang istimewanya adalah Malam Lailatul Qadar hanya diberikan pada Ummat Nabi Muhammad SAW dan tidak pernah diberikan kepada umat nabi sebelumnya. Bagi yang berpuasa beribadah pada malam Lailatul Qadar maka pahalanya lebik baik dari beribadah seribu bulan atau 83 tahun plus 4 bulan. Subhanallah tidak bisa dibayangkan apakah kita sanggup beribadah terus menerus lebih dari 83 tahun.

SEBAB ADANYA LAILATUL QADAR :

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Rasulullah saw. pernah menyebut-nyebut seorang Bani Israil yang berjuang fisabilillah menggunakan senjatanya selama seribu bulan terus menerus. Kaum muslimin mengagumi perjuangan orang tersebut. Maka Allah menurunkan Sural Al Qadar ayat 1-3 yang menegaskan bahwa satu malam lailatul qadar lebih baik daripada perjuangan Bani Israil selama seribu bulan itu. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Al Wahidi, yang bersumber dari Mujahid). 

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa di kalangan Bani Israil terdapat seorang laki-laki yang suka beribadah malam hari hingga pagi dan berjuang memerangi musuh pada siang harinya. Perbuatan itu dilakukannya selama seribu bulan. Maka Allah menurunkan Sural Al Qadar ayat 1-3 yang menegaskan bahwa satu malam lailatul qadar lebih baik daripada amal seribu bulan yang dilakukan oleh seorang laki-laki dari Bani Israil tersebut. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Mujahid). Sumber : Kitab Asbaabun Nuzuul (Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat Al Qur’an)

SEPERTI APA MALAM LAILATUL QADAR ITU ?

Dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Atthabrani bahwa bersabda : “Malam Lailatul Qadar itu adalah malam yang cerah ( terang ), tidak dingin dan tidak panas, tidak berawan, tidak hujan, tidak angin, tidak dilempar bintang-bintang, dan tandanya pada pagi harinya matahari terbit tak bersinar ( hanya tampak terang putih tetapi tidak panas )”. Dalam hadits yang lain dari Ibnu Abbas RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda tentangtanda lailatul qadarDia adalah malam yang indah, sejuk, tidak panas, tidak dingin, di pagi harinya matahari terbit dengan cahaya merah yang tidak terang.” (H.R. Ibnu Khuzaimah; dinilai sahih oleh Al-Albani)

KAPAN WAKTU MALAM LAILATUL QADAR?

Sebenarnya waktu turunnya Malam Lailatul Qadar tidak ada kepastian baik dalam Alquran atau sabda Nabi Muahmmad SAW. Tapi petunjuk ke arah turunnya  diisyaratkan secara tersirat oleh Nabi berupa aktivitas beliau. 

Menurut Jumhur Ulama’ malam Lailatul Qadar itu terbagi menjadi dua (2) :

Pertama : Malam turunnya Al Qur’an pertama kali dan ini tidak akan pernah berulang sampai kapanpun.

Yang Kedua : Pada salah satu malam ganjil sepuluh akhir Ramadhan dan ini akan berulang setiap bulan Ramadhan. Dalam hal ini Beliau Rasulullah SAW bersabda, “Carilah malam qadar di malam ganjil pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadan.” (H.R. Al-Bukhari dan Muslim). Dari Ibnu Umar RA, Rasulullah SAW bersabda tentang lailatul qadar : Carilah di sepuluh malam terakhir. Jika ada yang tidak mampu maka jangan sampai ketinggalan ibadah di tujuh malam terakhir.” (H.R. Muslim). Hadits ini menegaskan kepada kita bahwa barang siapa yang tidak mampu beribadah di awal sepuluh malam terakhir, hendaknya tidak ketinggalan untuk beribadah di tujuh malam terakhir. Rasulullah SAW lebih semangat/giat/rajin melaksanakan ibadah pada malam 10 terakhir bulan puasa sebagaimana yang dikatakan Siti Aisyah RA : “Bahwa Rasulullah SAW selalu menghidupkan sepuluh malam terakhir bulan Ramadan.“ Rasulullah SAW apabila memasuki 10 malam terkakhir bulan ramadhan mempererat iklan kainnya dan bangun semalam suntuk serta membangunkan istrinya.

Ibnu Hazm memberikan tafsiran tentang sepuluh malam terakhir dalam hadits tersebut sebagai berikut :

Pertama : Apabila bulan Ramadhan berjumlah 29 hari maka malam lailatul qadar akan jatuh pada salah satu malam ganjil /bilangan genap yaitu malam ke 20, 22, 24, 26 dan 28.

Yang Kedua  : Apabila bulan Ramadhan berjumlah 30 hari maka malam lailatul qadar akan jatuh pada salah satu malam ganjil /bilangan ganjil yaitu malam ke 21, 23, 25, 27 dan 27.

Dari beberapa keterangan diatas selayaknya kita kaum mukminin untuk tidak pilih-pilih dalam melakukan ibadah di malam Ramadhan karena kita tidak tahu berapa bilangan malam Ramadhan setiap tahunnya.
Akan tetapi sebaliknya bagaimana kita harus memasang niat dari awal mulai masuknya Ramadhan untuk mengejar sebanyak mungkin nilai-nilai yang terkandung di dalam bulan suci Ramadhan dengan selalu beristiqomah dalam berakidah, istiqomah dalam beribadah, Istiqomah dalam berakhlakul karimah sesuai dengan tuntutan syariat Islam sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dengan meningkatkan ibadah puasa, shalat malam, Tadarus Al Qur’an, dzikir dan doa kepada Allah bahkan meningkatkan ibadah sepanjang tahun Insya Allah dengan demikian kita pasti akan mendapatkan kemuliaan lailatul qadar. Sahabat Ibnu Mas’ud RA. pernah memberikan nasihat tentang lailatul qadar kemudian beliau berkata : “Siapa saja yang shalat malam sepanjang tahun, dia akan mendapatkannya.” (H.R. Ahmad dan Abu Daud; dinilai sahih oleh Al-Albani). Ketika mendengar keterangan dari Ibnu Mas’ud ini, Abdullah bin Umar mengatakan, “Semoga Allah merahmati Ibnu Mas’ud, sebenarnya beliau paham bahwa lailatul qadar itu di bulan Ramadan, namun beliau ingin agar masyarakat tidak malas.” (Tafsir Al-Baghawi, 8:482).

HIKMAH TIDAK DIBERI TAHU WAKTU LAILATUL QADAR.

Hikmahnya adalah supaya kaum mukminin terus beribadah selama bulan ramadhan. Efeknya jika setiap malam ibadahnya baik, maka otomatis bulan berikutnya akan terbiasa. Jika waktu lailatul qadar diberi tahu, maka orang yang malas beribadah hanya mengejar waktu yang telah ditentukan. Bulan Ramadhan bukan musim taat, karena ketaatan itu harus ditegakkan sepanjang hayat sebagai tanda syukur seorang hamba terhadap nikmat hidup yang telah diberikan oleh Allah SWT. Bagaimana jadinya jika Allah mentaqdirkan meninggal sebelum masuk malam-malam ganjil atau sebelum masuk Ramadhan. Jadi, mengamalkan tuntunan syari’at Islam tidak khusus hanya pada sisi lailatul qadar, masih banyak ibadah lain yang tidak terkait dengan lailatul qadr. Ibadah dalam Islam tidak hanya ritual yang sifatnya langsung kepada Allah, namun ada ibadah-ibadah lain yang pengaruhnya terkait sesama manusia tanpa harus menunggu lailatul qadr. Ibadah puasa adalah salah satu komponen pembentuk takwa dan bukan segala-galanya. 

Dalam Al-Quran orang yang mendapat gelar la'allakum tattaquun bukan orang yang puasa saja. Buktinya seperti shalat, pada intinya sama tujuannya untuk membentuk ciri-ciri takwa. Shalat itu mencegah pelakunya terhindar perbuatan keji dan munkar. Orang yang meninggalkan keji itu adalah orang bertakwa. Demikian pula dengan ibadah haji, zakat, serta ibadah-ibadah lain keseluruhannya mengantarkan manusia menjadi Insan yang bertaqwa kepada Allah SWT. Permasalahan yang dihadapi umat Islam adalah adanya persepsi yang salah tentang bulan Ramadhan. Bulan Ramadhan adalah bulan yang agung, bulan ibadah, bulan taubat, bulan sabar, bulan taat. Jadi, jika di luar bulan ramadhan berarti bulan apa ? Inilah yang sering diabaikan oleh umat Islam. Seharusnya kita beribadah di bulan Ramadhan maupun di luar Ramadhan sama yakni Istiqomah. Oleh karena itu persepsi-persepsi salah harus dibenahi sehingga dengan pemahaman yang benar Insya Allah kita akan selalu bersemangat dan istiqomah untuk meningkatkan ibadah baik di bulan Ramadhan dan bulan-bulan berikutnya dan lailatul qadar pasti didapatkan oleh kaum mukminin. 

Semoga Allah SWT selalu melimpahkan taufiq, hidayah dan inayahNya kepada kita sehingga kita akan selalu istiqomah dalam berakidah, istiqomah dalam beribadah, Istiqomah dalam berakhlakul karimah baik pada bulan Ramadhan maupun bulan-bulan berikutnya sehingga kita benar-benar menjadi hamba Allah yang paling baik ibadahnya di hadapanNya. Amiiin. 

Semoga Bermanfaat. Wallahu a’lam.  







No comments:

Post a Comment