Thursday 16 October 2014

Tuntutan Membaca dan Keutamaan Menuntut Ilmu

Oleh : Sugeng Widodo, S.HI

Allah SWT memperingati dalam firman-Nya :
“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”   (Q.S. Al Mujaddalah :11)

Belajar atau menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap orang Islam, baik laki-laki maupun perempuan dari mulai buaian ibunya sampai keliang lahat. Bahkan Rasulullah SAW juga pernah memerintahkan kepada kita semua melalui sabdanya :
“Tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri Cina. Sesungguhnya mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim. ”  (H.R. Ibnu Abdul Bari)

Allah SWT memberikan perintah pertama melalui wahyu Al Qur’an bukan shalat, bukan mengeluarkan zakat, bukan puasa di bulan Ramadhan, bukan menunaikan haji, juga bukan kepedulian sosial. Syari’at pertama yang terkait dengan turunnya Al Qur’an adalah perintah “Iqra bismi Rabbikalladzi khalaq”, Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Artinya dua hal yang standar dan basic untuk hidup kita adalah ilmu pengetahuan dan iman. “Iqra’ merupakan lambang ilmu pengetahuan dan teknologi dan “Bismi Rabbika“ adalah lambang iman dan taqwa.

Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai khalifah-Nya di atas bumi yang bertugas untuk menyelenggarakan suatu kehidupan bahagia penuh kemaslahatan baik di dunia maupun di akherat berdasarkan hukum dan ketentuan yang terkandung dalam tuntunan-Nya, yakni agama Islam. Tentunya, dua tugas hidup ini tidak akan berhasil tanpa adanya ilmu.

Rasulullah SAW memberikan penjelasan melalui sabdanya :
“Barangsiapa yang menghendaki kebahagiaan hidup di dunia wajib atasnya untuk mengetahui ilmunya ; dan barangsiapa yang menghendaki kebahagiaan hidup di akherat maka wajib atasnya untuk mengetahui ilmunya ; dan barangsiapa  yang menghendaki kebahagiaan keduanya maka wajib atasnya mengetahui ilmunya .”                  

Menuntut ilmu adalah pekerjaan yang utama dan mulia. Ilmu merupakan syarat yang paling utama untuk mencapai keberhasilan hidup bahagia dunia dan akherat. Allah SWT memberikan keutamaan kepada orang yang berilmu. Sebagian keutamaan ilmu atas ibadah karena ilmu dapat bermanfaat untuk orang lain, sedangkan ibadah hanya terbatas pada pelakunya saja. Allah SWT memerintahkan agar diantara kita ada sekelompok orang yang mencari ilmu dan diberi tugas untuk menyampaikan ilmunya kepada orang lain sebagaimana Allah SWT memperingati dalam firman-Nya :
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”  (Q.S. At Taubah : 122) 

Rasulullah SAW juga pernah bersabda :
“Tiap orang yang diberi oleh Allah SWT ilmu lalu ia sembunyikan, maka Allah akan mengendalikan mulutnya pada hari kiamat dengan kendali dari api neraka”.   (H.R. At Thabrani)

Orang yang belajar kemudian menyampaikannya kepada orang lain sangat dicintai oleh Allah SWT dan Rasul-Nya, penduduk langit dan bumi, daratan dan laut memintakan ampunan baginya, dia akan diberi pahala tujuh puluh nabi, setan lebih sulit menggoda seorang yang berilmu daripada seribu orang ahli ibadah. Dua rakaat yang dilakukan oleh orang yang berilmu lebih utama daripada 70 (tujuh puluh) rakaat yang dilakukan oleh orang yang bodoh.

Rasulullah SAW bersabda :
“Kelebihan orang yang berilmu terhadap seorang ‘abid (ahli ibadah) adalah ibarat bulan purnama terhadap seluruh bintang.”                     (H.R. Abu Dawud)

Orang yang berilmu memiliki kedudukan yang tinggi dan mulia, jika mereka mengamalkan ilmu yang ia miliki. Sebaliknya jika mereka mengabaikan kewajibannya, maka mereka akan mendapatkan siksa yang lebih besar daripada orang yang bodoh dan akan menimbulkan bahaya, bukan hanya untuk dirinya bahkan orang lain, berbanding dengan orang yang bodoh hanya menjadi beban keatas dirinya. Apabila orang yang berilmu melakukan dosa, maka Allah akan melipat gandakan dosanya karena mereka berbuat dosa sedangkan mereka mengetahui, sebaliknya orang yang bodoh berbuat dosa karena tidak mengetahuinya. Kedudukan orang yang berilmu di sisi Allah SWT dan di tengah-tengah masyarakat adalah sebagai balasan atas ilmu dan amalan ilmu yang dimilikinya. Dalam hal ini Allah SWT memperingati dalam firmanNya :
“Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (Az Zumar : 9)
Oleh karena itu, kewajiban kita sebagai umat Islam adalah memenuhi hajat membaca dan menuntut ilmu itu serta meningkatkan kemampuan akal dan pikiran dalam diri kita, ahli keluarga, dan masyarakat kita, yakni dengan lebih banyak menyediakan dan menyelenggarakan usaha pendidikan dan pengajaran, baik berupa perpustakaan pribadi maupun umum yang dapat menyediakan bahan-bahan bacaan yang sesuai dan bermutu, sekolah-sekolah umum, madrasah-madarasah, perguruan tinggi, ataupun tempat-tempat pengajian agar terlaksana dengan lancar dan membuahkan hasil yang positif dalam meningkatkan ilmu, iman dan taqwa sebagai modal untuk mengabdikan diri kepada Allah SWT.

Ada satu pepatah yang mengatakan :“Dengan membaca engkau ketahui dunia dengan menulis engkau pengaruhi dunia.” Ini tidak dapat dinafikan dalam perjalanan sejarah kemajuan peradaban suatu bangsa, bahwa semakin mantap dan bermutu bacaan suatu umat semakin tinggi peradabannya, begitu juga sebaliknya. Hal ini telah dibuktikan oleh negara-negara maju yang mempunyai peradaban yang tinggi. Mereka adalah bangsa yang rajin membaca dan menjadikan budaya membaca sebagian dari keperluan hidup mereka sehingga sampai saat ini lahir karya-karya besar dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

Harapan kita supaya adanya ajakan mengubah cara berpikir di kalangan masyarakat untuk menjunjung tinggi budaya membaca dan menuntut ilmu sehingga akan lahir masyarakat yang berfikir dan menjadi sebuah negara yang madani (Baldatun Tayyibatun Wa Rabbun Ghafur).
Wallahu A’lam.

No comments:

Post a Comment