Wednesday 22 October 2014

Ramadhan Syahrut tarbiyah Iman Wal Amal (Bulan Pendidikan Iman dan Amal)

Oleh : Sugeng Widodo, S.HI

Ramadhan bulan agung penuh berkah didalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, Allah SWT menjadikan puasa disiang hari sebagai ibadah wajib dan Qiyamul lail ( Terawih dan witir) sebagai ibadah sunah. Keberadaan bulan Ramadhan merupakan nikmat Allah SWT kepada umat Islam di seluruh dunia. Tidak hanya sekadar bulan penuh pengampunan (maghfirah), Rahmat dan pembebasan api neraka (itquminannar), tetapi didalamnya pun terdapat berbagai peristiwa yang sangat penting untuk dijadikan acuan dan pelajaran bagi kita sekarang ini. Keberadaan Ramadhan juga sesungguhnya penuh dengan nilai pendidikan yang tidak akan pernah kita dapatkan di sekolah atau universitas manapun, juga tidak akan kita temukan di dalam bulan-bulan yang lainnya. Oleh karena itu bulan Ramadhan juga sering dinamakan dengan Syahrut Tarbiyah Iman wa Amal atau bulan pendidikan iman dan amal, yakni bulan penggemblengan atau bulan pelatihan pribadi muslim menjadi pribadi yang muttaqien.

Adapun beberapa nilai pendidikan iman dan amal yang dapat kita petik dari bulan Ramadhan ini antara lain:

Pertama, PENGENDALIAN DIRI.
Pada bulan Ramadhan ini setiap muslim wajib menahan diri dari makan, minum, berhubungan suami isteri, serta segala hal yang membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Inilah sebuah pelatihan yang sangat berharga bagi orang yang berpuasa agar mampu mengendalikan diri dari segala nafsu duniawi yang seringkali mengakibatkan kita menerjang hukum Allah SWT.
Dengan kemampuan mengendalikan diri untuk menempatkan hawa nafsu pada tempatnya, maka hal ini merupakan bukti bahwa kita mampu mengendalikan nafsu yang selama ini menggelora. Selama bulan Ramadhan ini, tahu, tempe, kopi, susu, pecel lalapan, lempah kuning, bahkan suami/isteri menjadi haram tatkala siang hari, apalagi barang-barang yang memang sudah jelas diharamkan. Jika di bulan Ramadhan ini semua yang halal itu bisa kita kendalikan, tentunya di bulan-bulan yang lain kita sangat mampu untuk mengendalikan nafsu kita. Begitu indahnya pendidikan Ramadhan, maka sesungguhnya bisa dikatakan kita sekarang ini adalah murid atau santri yang digembleng dalam madrasah atau pesantren Ramadhan.

Pada bulan Ramadhan ini, kita tidak diajarkan untuk menghilangkan hawa nafsu, tetapi menempatkan nafsu pada porsinya. Karena dengan dikuasai nafsu, kita sering bertindak  serakah, tamak alias rakus, menghalalkan segala cara, meremehkan hukum Allah, erotisme dianggap seni, hukum dibuat untuk dilanggar, koruptor dibela habis-habisan, kiyai dikejar, ditangkap dan dipermalukan bahkan di penjara, yang pada intinya dengan dikuasai nafsu kita telah menerjang hukum Allah dengan berusaha menyesuaikan dengan kepentingan pribadi atau golongan.

Sesungguhnya Islam tidak melarang kita untuk menikmati karunia Allah SWT di muka bumi ini, akan tetapi bagaimana cara kita mendapatkan karunia tersebut dan bagaimana kita mengolahnya agar menjadi salah satu jalan untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT. Oleh karenanya ciri pribadi sukses dari hasil pendidikan Ramadhan adalah pribadi istiqamah yang tegar memandang dunia dan tidak mudah tergoda oleh kesenangan dan kepentingan sesaat.

Kedua, PENYUCIAN DIRI.
Selama menjalankan ibadah puasa, kita diwajibkan untuk mampu mengendalikan diri dan menjaga penglihatan, lisan, hati bahkan nafsu seksual yang dapat merusak kesucian ibadah puasa.  Kerapkali kita saksikan atau bahkan diri kita sendiri yang hanya puasa dari menahan lapar dan haus (puasa perut) tetapi membiarkan mulutnya dan hatinya menggunjing orang lain. Puasa perutnya tetapi tangannya dibiarkan mengambil barang yang bukan haknya. Puasa perutnya tetapi sifat kikirnya tetap dipertahankan. Puasa perutnya tetapi matanya dibiarkan melihat hal yang berbau maksiat. Puasa perutnya tapi tetap curang dalam timbangan yang umumnya terjadi di pasar. Puasa perutnya tapi korupsi terus berjalan. Puasa perutnya tetapi menumbuhkan sikap kebencian terhadap orang yang dianggap lawan. Puasa perutnya tapi tetap bermain politik dengan cara-cara kotor untuk melawan rival-nya. Oleh karenanya keberadaan Ramadhan melatih kita untuk mampu mengendalikan nafsu guna mensucikan diri dari sikap dan jiwa yang kotor. Dengan menghindari dari segala hal yang tidak disukai Allah SWT, maka kita telah melangkah untuk menjadi pribadi yang Muttaqien dan Mutatohhiriin.Bersih dari segala kemaksiatan, terbebas dari segala penyakit jiwa, dan memasuki nilai-nilai luhur serta dihiasi oleh akhlak yang mulia. Allah SWT berfirman :“Beruntunglah orang-orang yang mensucikan dirinya dan merugilah orang-orang yang mengotorinya” (QS. Asy-Syams: 9-10).

Ketiga, KEJUJURAN.
Ibadah puasa adalah suatu ibadah yang mendidik kita umat manusia untuk menjadi pribadi yang jujur. Hal ini bisa kita bandingkan dengan ibadah lain, misalnya shalat. Seseorang yang mendirikan shalat, tentu ia tidak bisa berdusta, misalnya shalat maghrib dilakukan hanya 2 rakaat atau salat zuhur 3 rakaat atau bahkan pura-pura melaksanakan salat. Tentu orang yang melihat pasti tahu. Begitupula dengan haji, tentu harus ke Makkah, sehingga sangat sulit untuk kita melakukan dusta dalam pelaksanaannya.

Sedangkan puasa, sangat memungkinkan bagi kita melakukan pembohongan publik. Misalnya saat melakukan wudhu kita berkumur sambil menelan air yang ada dalam mulut atau diam-diam minum saat berada di kamar mandi. Mengapa hal tersebut tidak kita lakukan? Tentu karena iman. Walaupun ibadah puasa sangat memungkinkan bagi seorang hamba berbuat ‘curang’ dalam pelaksanaannya, tetap kita dituntut nurani untuk bersikap jujur pada diri sendiri dan cenderung malu kepada Allah SWT atas kecurangan yang sangat mungkin kita lakukan.

Keempat, PENDEKATAN DIRI KEPADA ALLAH SWT.
Selama bulan Ramadhan, Allah SWT melipatgandakan pahala hamba-hamba-Nya yang mendekatkan diri kepada-Nya. Oleh karena itu, kesempatan emas ini hendaknya bisa kita manfaatkan semaksimal mungkin. Kala badan masih sehat, pikiran masih segar, keadaan masih aman, tentunya begitu banyak kesempatan bagi kita untuk melaksanakan berbagai jenis ibadah di bulan Ramadhan. Masih ada harta yang bisa kita infaq, shodaqah dan zakat. Masih kuat tubuh kita untuk melaksanakan qiyamullail (salat malam), masih lancar lidah kita untuk melantukan ayat suci Alquran dan sebagainya.
Intinya keberadaan Ramadhan selain sebagai nikmat dan karunia dari Allah SWT untuk manusia juga Ramadhan adalah kebutuhan bagi kita umat manusia (muslim) dalam menjalani kehidupan di dunia yang fana ini. 

Semoga Bermanfaat. Wallahu A’lam


No comments:

Post a Comment