Oleh : Sugeng Widodo, S.HI
“Sesunggunya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (Q.S.Hujarat : 10)
Tak terasa hari puasa Ramadhan terus bergulir, pada saat ini kita telah berada pada tanggal 26 Ramadhan, tinggal beberapa hari lagi kita kita akan bertemu dengan Hari Raya ‘Idul Fitri 1 Syawal 1432 Hijriyah, hari kemenangan menuju fitrah bagi umat Islam, kembali membuka lembaran baru di bulan syawal yang penuh berkah. Oleh karenanya seyogyanya bagi kita dalam mengisi lembaran-lembaran putih, suci dan bersih. Lembaran hidup yang siap diisi dengan amaliah dan ibadah demi meraih keridhaan Allah SWT. Idul Fitri akan mendidik kita untuk senantiasa menjalin silaturrahim antara kita, memperbaiki ukhuwah Islamiah, persaudaraan sesama muslim. Betapa tidak ‘Idul Fitri merupakan salah satu sarana yang efektif untuk saling mengunjungi, saling memberi dan saling meminta maaf, baik dengan keluarga, tetangga, sahabat, atau kerabat lainnya. Yang muda mendatangi yang tua, anak sowan kepada ayah bunda, cucu kepada datuknya dan seterusnya. Alangkah indahnya dan sarat dengan nuansa saling mengasihi dan menyayangi sebagai manifestasi dari kuatnya ukhuwah Islamiyah antara kita.
Di negeri kita Indonesia tradisi halal bi halal dilaksanakan oleh kaum muslimin setelah melaksanakan ibadah puasa Ramadhan dan ‘Idul Fitri yang biasanya diisi dengan kegiatan silaturrahim dan saling memaafkan antara sesama. Silaturrahim memiliki tujuan yang sangat mulia, yaitu untuk melakukan islah (perbaikan) kembali antara sesama yang mungkin terputus dan atau renggang sebelumnya, setelah terjadi berbagai persoalan. Diharapkan hubungan (hablum Minannas) akan menguat kembali, setelah hubungan dengan Allah SWT (hablum Minallah) dibangun dengan baik selama bulan suci Ramadhan.
Secara etimologis (bahasa), silaturrahim bermakna menghubungkan kekerabatan dan persaudaraan atas dasar cinta dan kasih sayang sekaligus menghilangkan segala bentuk kebencian, kedengkian, dendam dan permusuhan.
Oleh karena itu, hakekat Silaturrahim, disamping bertemu secara fisik sambil bersalam-salaman, atau mungkin dengan saling berangkulan (mushafahah wa mu’anaqah) juga harus berusaha menebarkan kedamaian, ketenangan dan keselamatan pada sesama atas dasar keikhlasan dan cinta yang lahir dari lubuk hati yang paling dalam. Silaturrtahmi yang dikehendaki Islam adalah pertemuan manusia sebagai pihak yang sejajar. Yang tidak terbelenggu oleh budaya strata sosial / kasta. Oleh karenanya, tidak sepantasnya, berlaku anggapan bahwa yang berstatus tinggi harus menjadi pihak yang didatangi oleh pihak yang berstatus rendah. Tidak terbelenggu oleh atribut-atribut kepangkatanm, jabatan seperti pejabat dengan rakyat, kuli dengan mandor, antara sikaya dengan simiskin. Silaturrahmi harus murni dengan nilai-nilai kemanusiaan yang luhur, tidak terkotak-kotak oleh status atau embel-embel kepentingan materi duaniawi, sehingga tercemar oleh macam-macam hasrat nafsu diluar tujuan murninya.
Selain itu, silaturrahim juga tidak saja dilakukan dengan orang yang memiliki hubungan baik dengan kita, akan tetapi juga dianjurkan untuk dilakukan dengan orang yang mempunyai masalah atau kurang baik dengan kita. Siapa yang mendahuluinya itulah orang yang mulia disisi Allah SWT. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
Yang paling utama diantara perbuatan utama adalah ; engkau melakukan silaturrahim dengan orang yang memutuskannya, engkau memberi kepada orang yang tidak pernah memberi (kikir), dan engkau memaafkan orang yang dzalim kepadamu.” (HR. Thabrani dan Mu’adz Bin Jabal)
Dalam hal ini Allah SWT juga berfirman dalam Al Qur’an Surat An Nisa ayat 1 yang bermaksud :
“Dan bertaqwalah kepada Allah SWT yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah SWT selalu menjaga dan mengawasi kamu.”(Q.S.An Nisa:1)
Islam memandang penting jalinan tali silaturrahim. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Rasulullah SAW bersabda :“Yang paling cepat mendapat kebaikan (balasan pahala) adalah orang yang berbuat kebajikan dan menyambung silaturrahim, sedang yang paling cepat mendatangkan kejahatan (balasan siksa) adalah orang yang berbuat jahat dan memutuskan hubungan kekeluargaan.”
Kalau orang berkunjung kepada kita dan kita balas mengunjunginya hal ini sudah selazimnya untuk kita lakukan. Akan tetapi, jika kita mengunjungi dan ber-silaturrahim kepada orang yang tidak pernah berkunjung dan ber-silaturrahim kepada kita, lalu dengan sengaja dan senang hati kita kunjungi dan ber-silaturrahim dengannya, maka disinilah berkah silaturrahim akan kita rasakan begitu bermakna. Apalagi, bila hal ini kita lakukan terhadap orang yang membenci kita, padahal jelas hak kita pernah terambi. Atau hati kita sempat terlukai, tetapi kita yang mendahului untuk mengunjunginya, disinilah kekuatan silaturrahim yang sebenarnya. Sebuah hadits dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda :
“Barangsiapa yang ingin rizkinya diluaskan dan umurnya dipanjangkan , maka hendaklah ia menghubungkan silaturrahim. (HR. Bukhari Muslim).
Silaturrahim dapat melapangkan rizki, karena silaturrahim itu dapat mengeratkan hubungan atau persaudaraan antara seorang dengan orang lain. Eratnya hubungan ini dapat menimbulkan kasih sayang diantara kita sehingga kita mau memberi pertolongan dalam usaha di bidang materiil yang membuahkan keuntungan-keuntungan (laba) sehingga rizkinya menjadi bertambah lapang. Silaturrahim ini termasuk perilaku orang yang taqwa, sehingga orang yang bertaqwa sudah dijanjikan oleh Allah SWT akan diberi rizki dan kemudahan, sebagaimana firman Allah SWT :
“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluarnya. Dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.” (Q.S. At Thalaq: 2-3)
Allah SWT memberikan berkah selama perjalanan usia manusia karena selama hidupnya penuh dengan amal perbuatan yang baikdan mulia, termasuk menjalin silaturrahim. Silaturrahim dapat memanjangkan umur. Orang yang mau bersilaturrahim, namanya tetap disebut-sebut meskipun orangnya sudah meninggal dunia; ia masih dipuji dan didoakan karena melaksanakan kewajiban sebagai saudara (kerabat) seolah olah dirinya masih hidup. Inilah kehidupan yang panjang meski dalam perhitungan usia hanya sebentar. Karena memang sebenarnya tolok ukuran untuk kehidupan yang diberkahi itu bukan bulan atau tahun, tetapi keagungan amal perbuatan dan banyaknya pengaruh kebaikan dan kemuliaan yang ditanamkan.
Oleh karena itu, sudah seyogyanya dalam ber'Idul Fityri kita tingkatkan hubungan silaturrahim secara kontinu (terus menerus) antara sesama. Apabila terjadi perselisihan atau salah paham, maka hendaknya kita segera melakukan silaturrahim. karena menjalin kembali hubungan silaturrahim adalah hal yang mudah, asalkan diniatkan dengan sungguh-sungguh dan tulus. Apalagi di tengah-tengah berbagai persoalan yang sering menimbulkan konflik, saling mencurigai, saling menuduh, dan saling menfitnah seperti yang terjadi sekarang ini, maka silaturrahim yang berkualitas dan fungsional dengan langkah-langkah yang jelas merupakan suatu kebutuhan yang harus dilakukan oleh kita semua. Dan tidak terbatas hanya pada saat ber-halal-bi halaldalam suasana ‘Idul Fitri, akan tetapi lebih jauh dari itu silaturrahim harus dilakukan sepanjang hayat dan sepanjang masa. Karena Ukhuwah Islamiyah yang selalu di dengung-dengungkan oleh Rasulullah SAW itu bukan hanya slogan kosong yang tidak punya arti apa-apa. Tetapi ia benar-benar harus dihidupkan, terutama dikalangan umat Islam sendiri. Jangan sampai hanya persoalan sepele menjadi renggangnya persaudaraan kita. Rasulullah SAW telah menegaskan dan mengingatkan kepada kita dalam sabdanya yang bersumber dari Jubair Bin Muth’im RA. Beliau Nabi SAW bersabda : “Tidak masuk syurga orang yang memutuskan persaudaraan.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Wallahu A’lam.Semoga Allah SWT menjadikan bulan syawal 1432 H nanti sebagai moment untuk meningkatkan silaturrahim antara kita dan semoga kita termasuk golongan orang-orang yang mendapat kemenangan yakni Insan yang bertaqwa, mendapatkan predikat tertinggi dihadapan Allah SWT. "Kami sekeluarga mengucapkan selamat menyambut datangnya Hari Raya 'Idul Fitri 1432 H." Minal 'Aidzin Wal Faizin Mohon Maaf Lahir dan Batin". Sugeng Widodo dan Keluarga Sungai Pakning Bukit Batu Bengkalis Riau
No comments:
Post a Comment