Oleh : Sugeng Widodo, S.HI
“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih Lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.”
(Q.S. Al Isra’ : 9)
Al Qur’an adalah wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, membacanya dinilai sebagai ibadah. Ia adalah kitab suci sebagai pedoman jalan hidup manusia untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup dunia maupun akhirat, sebagai petunjuk bagi umat Islam yang membedakan antara yang hak dan yang batil. Kebenarannya bersifat unifersal dan berlaku untuk segenap zaman. Al Qur’an sebagai kitab suci, tentu kita harus mempelajari dan memahaminya, dan selanjutnya mengamalkan apa yang diajarkannya dalam kehidupan kita sehari-hari, dan kita ajarkan kepada generasi-generasi Islam kita di masa yang akan datang. Banyak ayat-ayat Al Qur’an dan hadits Nabi SAW yang memerintahkan kita untuk membaca, mempelajari, memahami dan merenungkan tentang isi kandungannya, baik yang bersifat anjuran, keutamaan orang yang membaca, ataupun ungkapan tentang manfaat dan pahala membacanya.
Sebagaimana Allah SWT memperingati dalam firman-Nya :
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anuge- rahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (Q.S. Al Fathir : 29-30)
Demikian juga Rasulullah SAW juga pernah bersabda :
“Bacalah Al Qur’an, karena ia akan datang pada hari kiamat untuk memberi syafaat pada pembacanya.” (H.R. Muslim)
Dengan membaca, mempelajari dan mengajarkannya pengetahuan akan semakin bertambah, baik pengetahuan yang dibutuhkan untuk kehidupan di dunia maupun untuk kehidupan di akhirat.
Oleh sebab itu, sebagai umat Islam kita harus tergugah untuk senantiasa membaca, mempelajari dan mendalami serta merenungi isi kandungan Al Qur’an dan benar-benar menjadikannya sebagai pedoman hidup dalam segala aspek kehidupan. Kita harus menanamkan kebiasaan untuk membaca dan mencintai Al Qur’an kepada anak-anak kita. Setidaknya pada waktu-waktu tertentu, misalnya mulai masuk Maghrib sampai Isya’, televisi tidak usah kita nyalakan, kita pergunakan waktu yang utama itu untuk membaca Al Qur’an dan memperdalam ilmu agama. Mengingat pentingnya pendidikan agama di dalam keluarga dan bagaimana jadinya anak-anak kita bila nantinya jauh dari agama dan asing terhadap Al Qur’an sebagai kitab sucinya.
Belajar dan mengajar al Qur’an adalah suatu tugas yang mulia. Seorang mukmin yang meyakini kitab suci Al Qur’an sebagai pedoman umat Islam mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk mempelajari dan mengajarkannya, mulai dari membacanya, memahami isinya dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari serta mengajarkannya.
Namun, ironisnya ada satu fenomena yang muncul dalam kehidupan masyarakat kita hari ini yaitu mulai berkurang dan semakin terkikisnya kebiasaan membaca Al Qur’an. Diantara kita masih banyak yang suka meluangkan waktu untuk membaca koran, majalah, surat kabar, nonton acara televisi daripada membaca Al Qur’an. Banyak mushaf Al Qur’an yang dipenuhi debu karena jarang disentuh untuk dibaca dan dipelajari. Sementara yang ada dalam genggaman remot televisi. Kalau kebiasaan seperti ini tidak kita tanggulangi sedini mungkin, bisa jadi anak dan keluarga kita nanti akan semakin jauh dan asing dari Al Qur’an, padahal ia adalah kiab suci yang harus dijadikan pedoman dalam kehidupan agar tercapai keselamatan dan kebahagiaan hidup dunia akhirat.
Diceritakan dari Abu Musa r.a. berkata, Rasulullah SAW. Bersabda : “Orang mukmin yang membaca al Qur’an adalah seumpama buah utrujah (limau manis) yang baunya harum dan rasanya manis, orang mukmin yang tidak membaca Al Qur’an adalah seumpama buah kurma yang tidak mempunyai bau harum walaupun rasanya manis, orang munafik yang membaca Al Qur’an adalah seumpama bunga raihan yang baunya harum tetapi rasanya pahit, dan orang munafik yang tidak membaca Al Qur’an adalah seumpama buah hanzhalah yang tidak berbau harum dan rasanya pahit.” (H.R. Bukhari, Muslim, Nasa’i, dan Ibnu Majjah).
Hadits diatas bermaksud membandingkan antara sesuatu yang abstrak dengan yang nyata, sehingga pikiran kita mudah membedakan antara yang membaca Al Qur’an dengan yang tidak membacanya. Walaupun benda-benda tersebut, seperti limau manis dan kurma tidak bisa dibandingkan kemanisan dan keharuman membaca Al Qur’an. Tetapi keistimewaan dalam perbandingan dalam hadits diatas menjadi bukti luasnya ilmu nubuwwahdan betapa dalamnya pemahaman Rasulullah SAW, serta menegaskan kepada kita betapa mulianya orang mukmin yang senantiasa membiasakan diri dengan bacaan Al Qur’an seumpama buah utrujah (limau manis) yang baunya harum dan rasanya manis. Orang yang membaca Al Qur’an dan sekaligus mengamalkan isinya baunya semerbak karena orang-orang yang mendengarkannya dapat mengambil manfaat dari apa yang didengarnya, sedang dia sendiri suci dan bersih lantaran telah memanfaatkan petunjuk Al Qur’an.
Rasulullah SAW pernah bersabda :
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al Qur’an dan mengajarkannya.” (H.R. Bukhari)
Oleh karena itu, kita sebagai umat Islam harus segera menyadarinya dan kembali kepada jalan yang benar dengan berpegang teguh pada kitab suci Al Qur’an dengan jalan membaca, mempelajarinya, memahami isi kandungannya dan mengamalkannya dalam kehidupan kita serta mengajarkan kepada generasi Islam kita. Semoga kita termasuk orang-orang yang mencintai Al Qur’an, senang membacanya, mempelajari dan mengamalkannya, sehingga kita benar-benar mendapatkan kebahagiaan hidup dalam penerangan cahaya Al Qur’an dan masuk syurga yang penuh kenikmatan dalam naungan ridha Allah SWT dengan syafaat Al Qur’an. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
Semoga Bermanfaat. Wallahu A’lam.
No comments:
Post a Comment