Oleh : Sugeng Widodo, S.HI
Bulan Ramadhan segera menjelang. Kaum muslimin kembali bergembira dengan datangnya bulan yang mulia ini. Setelah sebelas bulan mengarungi kehidupan yang penuh warna-warni, maka inilah momentum yang tepat bagi kita semua untuk membersihkan diri dari segala dosa yang melekat tanpa kita sadari. Sungguh kita semua bergembira sepenuh hati dengan datangnya Ramadhan yang penuh berkah. Rasa gembira ini adalah cerminan ketakwaaan dalam hati kita, karena Ramadhan adalah salah satu dari syiar dalam islam, yang harus senantiasa kita hormati dan agungkan. Bulan Ramadhan yang senantiasa kita nantikan kehadirannya, merupakan bulan yang agung dan suci yang dipenuhi dengan karunia dan rahmat dari Allah SWT. Orang-orang yang melaksanakan puasa atau shiyam dibulan itu, sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah akan meraih keutamaan dan keistimewaan yang tidak pernah diperoleh oleh umat yang lain, selain umat nabi Muhammad SAW. Dengan karunia itu setiap diri manusia muslim akan meraih kebahagiaan, baik pada masa kini maupun pada masa yang akan datang. Allah SWT berfirman : Dan barang siapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS Al-Hajj 32)
Karenanya, sungguh mengherankan jika ada sebagian kaum muslimin yang justru merasa berat dengan datangnya Ramadhan, merasa bahwa Ramadhan mengekang segala kebebasan dan kemerdekaannya. Ada pula yang merasa biasa-biasa saja, merasa bahwa Ramadhan hanyalah rutinitas belaka, yang datang silih berganti sebagaimana bulan-bulan lainnya. Sikap seperti ini, tentu saja bukan cerminan ketakwaan seorang mukmin, dan kita berlindung dari sikap yang demikian Naudzu billah tsuma naudzu billah.
Kegembiraan kita tentu saja bukan sebagaimana kegembiraan anak-anak kecil dengan hadirnya Ramadhan. Karena mereka juga bergembira dengan datangnya bulan mulia ini, karena mempunyai waktu banyak untuk bermain bersama teman, bahkan mungkin saja- gembira karena adanya petasan, dan janji pakaian baru di hari lebaran. Kegembiraan yang semacam ini tentu saja melekat pada diri anak-anak semata, tapi bukan kegembiraan yang kita maksudkan dalam menyambut Ramadhan yang mulia.
Begitu pula kegembiraan kita bukanlah kegembiraan anak anak yang beranjak remaja. Dimana mereka bergembira dengan hadirnya Ramadhan, karena mempunyai banyak kesempatan untuk jalan-jalan menghabiskan waktu bersama teman atau bahkan pasangannya. Banyak kita saksikan kesucian Ramadhan ternoda, dengan muda-mudi yang justru menggunakan waktu-waktu ibadah untuk saling PDKT satu sama lainnya.
Kita bergembira dengan hadirnya Ramadhan, karena bulan ini membawa banyak keutamaan bagi kita semua. Jika kita merenunginya satu persatu lebih mendalam, maka tentulah kegembiraan itu akan kian bertambah lengkap dan sempurna.
Menyambut kedatangan bulan Ramadhan dengan rasa bahagia dan bersyukur, merupakan suatu keharusan bagi setiap manusia muslim, Rasul SAW bersabda : “Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, pemimpin bulan-bulan yang lain. Maka ucapkanlah selamat datang kepadanya. Telah datang bulan puasa dengan segala keberkahannya, betapa mulianya tamu yang datang itu”.(H.R. Tabrani).
Ibadah puasa Ramadhan merupakan amal yang istimewa, karena ibadah yang lain untuk dirinya sendiri, sedangkan ibadah puasa adalah milik Allah SWT. Oleh karena itu ibadah puasa bukanlah sekedar meninggalkan makan, minum dan menghindari hubungan seksual, akan tetapi harus mampu meninggalkan segala perbuatan yang tercela. Puasa diharapkan dapat membentuk sikap mental orang-orang yang beriman menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah dan beribadah dengan penuh keikhlasan. Rasa haus dan lapar dikala berpuasa dapat meningkatkan kesabaran, ketabahan juga meningkatkan daya tahan mental dan fisik. Puasa juga dapat meningkatkan solidaritas sosial terhadap kaum muslim dan dhu’afa yang ditimpa kesulitan serta anak-anak yatim yang hidup terlunta-lunta dalam kesusahan. Allah SWT berfirman dalam sebuah Hadits Qudsi : “Setiap amal seseorang manusia adalah untuk dirinya sendiri, kecuali puasa. Puasa itu untuk-Ku dan Aku akan memberikan balasan kepadanya. Puasa itu adalah perisai, karena itu apabilah ada salah seorang diantaramu melaksanakan puasa jangan mengucapkan perkataan buruk dan keji, jangan mendatangkan syahwat dan jangan pula membuat kekacauan. Apabilah ia dimaki atau ditantang sesorang maka katakanlah : “ Aku sedang berpuasa, aku sedang melaksanakan ibadah puasa”.(HR. Bukhari)
Keistimewaan ibadah mahdhah seperti shalat lima waktu, shalat jum’at, termasuk di dalamnya ibadah puasa Ramadhan, tertulis dengan jelas pada ketentuan bahwa ibadah-ibadah itu dapat menghapuskan dosa yang pernah dilakukan seseorang, apabilah ia bertaubat dari dosanya dan memohon ampunan pada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kasih Lagi Maha Pengampunan. Nabi SAW bersabda : “Shalat lima waktu, antara Jum’at dengan Jum’at yang lain, antara Ramadhan dengan Ramadhan berikutnya dapat menghapuskan dosa-dosa yang dilakukan diantaranya apabilah menjauhi dosa besar”(HR. Muslim)
Selama bulan Ramadhan diwajibkan bagi setiap orang muslim dan muslimah melaksanakan puasa di siang harinya, yaitu dari waktu shubuh atau fajar sampai terbenam matarari diwaktu maghrib. Berpuasa adalah meninggalkan makan dan minum, bercampur dengan istri dan segala yang membatalkannya, termasuk meninggalkan aktifitas yang merusak pahalanya, seperti berdusta, berkata kotor, ghibah, bersaksi palsu dan berbagai kegiatan lain yang tercela. Allah SWT berfirman:“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atasmu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelummu agar kamu bertaqwa”. (QS. Al-Baqarah : 183)
Mengenai kapan puasa itu diwajibkan, dijelaskan dalam ayat berikutnya, yaitu beberapa hari, sekitar 29 atau 30 hari selama bulan Ramadhan. Bagi mereka yang berhalangan seperti dalam keadaan menstruasi atau nifas, mereka tidak di perkenankan melaksanakan puasa Ramadhan, tetapi wajib mengganti atau mangqodho puasa yang ditinggalkannya pada hari-hari lain. Sedang bagi mereka yang menderita sakit dan atau dalam perjalanan sebagai musafir diberi keringanan untuk membuka dan menggantinya pada hari yang lain. Orang-orang yang menderita penyakit menahun yang tidak mungkin diharapkan kesembuhannya dan orang-orang tua yang lemah, sehingga tidak mampu berpuasa maka diwajibkan bagi mereka membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Allah SWT tidak memaksa seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan diluar kemampuannya dan ia senantiasa menghendaki kemudahan bagi umat manusia bukan kesulitan yang memberatkan sebagaimana firman Allah SWT : “(yaitu) dalam beberapa hari tertentu. Maka barang siapa diantaramu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan pada hari-hari lain. Dan wajib bagi orang yang berat melaksanakannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah yaitu memberikan makan seorang miskin. Barang siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”.(QS. Al-Baqarah : 184)
Beberapa hari yang ditentukan itu, yaitu hari-hari diwajibkan puasa adalah bulan Ramadhan, bulan yang dipenuhi dengan rahmat dan ampunan Allah, bulan bulan yang di dalamnya ditutrunkan al-Quran dan turunnya malam kemuliaan (malam Qadar). Malam yang teramat indah dan mulia yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Hendaklah setiap orang muslim melengkapi puasanya dan menyempurnakan ibadahnya, mengagungkan Allah SWT atas segala hidayah-Nya dan meningkatkan syukur atas segala karunia dan nikmat-Nya yang agung dan mulia. Allah SWT berfirman : “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah bulan) Ramadhan, bulan yang didalammnya diturunkan (permulaan) al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan bathil). Karena itu barang siapa diantaramu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa di bulan itu dan barang siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang dia tinggalkan itu, pada hari-hari yang lain, Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. (QS. Al-Baqarah : 185)
Pada malam hari bulan Ramadhan, setiap orang muslim disunnakan untuk melaksanakan shalat malam yang sebut Qiyam Ramadhan atau Shalat Tarawih dan Witir. Mereka tadarus membaca al-Quran secara bersama-sama. Satu orang membaca dan yang lain menyimak dengan teliti, hal ini terus berlangsung secara bergilir, atau memperbanyak dzikir, tasbih, tahmid, tahlil dan takbir, mengagungkan dan mensucikan Allah SWT. Mereka yang melaksanakan ibadah puasa Ramadhan dengan mengikuti bimbingan Al-Qur’an dan Sunnah, dengan segala keikhlasannya akan terlepas dari dosa-dosanya, menjadi bersih kembali bagaikan bayi yang baru dilahirkan dari rahim ibunya. Nabi bersabda : “Bulan Ramadhan (adalah), bulan yang Allah mewajibkan atasmu berpuasa dan aku telah mensunnahkan padamu berdiri untuk shalat di malam harinya : Siapa yang berpuasa Ramadhan dan melaksanakan shalat malam dengan penuh iman dan hanya mengharap keridhaan Allah, niscaya orang tersebut akan terlepas dari dosa-dosanya seperti bayi yang baru dilahirkan dari rahim ibunya”. (HR: Khuzaimah)
Marilah kita menyambut kedatangan bulan Ramadhan yang mulia dan luhur ini dengan bahagia, syukur dan penuh mengharap ridha Allah SWT, dan kita isi waktu demi waktunya untuk memperbanyak ibadah dan taqarrub kepada Allah SWT. Semoga Allah SWT memudahkan kita dalam menunaikan amaliah-amaliah Ramadhan baik yang wajib maunun yang sunah. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
Semoga Bermanfaat. Wallahu A’lam
No comments:
Post a Comment